BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan
secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan
persepsi. Sedangkan berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari
konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri
berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir
kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan
standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan
kreatifitas dalam berpikir kritis.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu
sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan
pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi,
ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas
dari sebuah proses berpikir dan belajar.
Keterampilan kognitif yang digunakan dalam
berpikir kualitas tinggi memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri,
berpikir ulang, oposisi, tantangan dan dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan
kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir
kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam
pemikiran yang disiplin dan mandiri.
B. Karakteristik Berpikir Kritis
Karakteristik berpikir kritis adalah :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu
konsep. Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang
realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya.
Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi
secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
2. Rasional
dan beralasan.
Artinya argumen yang diberikan selalu
berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak
menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi
akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan
disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap.
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus
diambil pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu
lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam
dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis
semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran
yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi
suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif
solusi tindakan yang akan diambil.
C. Fungsi Berpikir
Kritis dalam Keperawatan
Berikut ini merupakan
fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir
kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan
dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan
merumuskan masalah keperawatan.
4.
Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan
tujuan, serta tingkat hubungan.
5.
Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6. Menguji
asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan
data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat
dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan
dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10. Memberikan
alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan
menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan
kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
13. Mengevaluasi
penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Berpikir kritis merupakan
suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasikan atau
melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak tidaknya
suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang
mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan,
pendapat, dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.
Asumsi berpikir kritis
adalah komponen dasar yang meliputi pikiran, perasaan dan berkerja bersama
dengan keperawatan. Ada beberapa asumsi tentang berpikir kritis, yaitu sebagai
berikut.
Asumsi pertama adalah
berpikir kritis melibatkan pikiran, perasaan, dan bekerja yang ketiganya
merupakan keseluruhan komponen penting bagi perawat profesional yang berkerja
bersama-sama berpikir tanpa bekerja adalah sia-sia, bekerja tanpa perasaan
adalah hal yang sangat tidak mungkin, pengenalan nilai-nilai keterkaitan antara
pikiran, perasaan, dan berkerja merupakan tahap penting dalam memulai praktik
profesional.
Asumsi kedua, berpikir
kritis memerlukan pengetahuan, walaupun pikiran, perasaan, dan bekerja adalah
sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada praktek
keperawatan, tetapi dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian untuk proses pembelajaran.
Asumsi ketiga, berpikir
kritis dalam keperawatan bukan sesuatu yang asing, karena sebenarnya terjadi
dalam kehidupan sehari-hari.
Asumsi keempat, berpikir
kritis dapat dipelajari melalui bacaan. Para pembaca dapat belajar bagaimana
cara meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Asumsi kelima, berpikir
kritis adalah cara berpikir secara sistematis dan efektif.
Asumsi keenam, berpikir
kritis dalam keperawatan adalah campuran dari beberapa aktifitas berpikir yang
berhubungan dengan konteks dan situasi dimana proses berpikir itu terjadi.
Dalam penerapan
pembelajaran berpikir kritis di pendidikan keperawatan, dapat digunakan tiga
model, yaitu : feeling, model, vision model, dan examine model yaitu sebagai
berikut :
1. Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan.
Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan,
kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan, dan perhatian. Misalnya
terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala,
petunjuk, dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.
2. Vision
Model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan
menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan ide
tentang permasalahan perawatan kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan
untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat
untuk merespon ekspresi.
3. Examine
Model
Model ini
digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji ide
dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran
yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi,
menjelaskan, dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.
Ada empat bentuk alasan
berpikir kritis yaitu : deduktif, induktif, aktivitas informal, aktivitas tiap
hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang defenisi tersebut,
alasan berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa, perumusan
masalah, penjelasan dan ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti, menilai
kesimpulan, membedakan antara baik dan buruknya argumen serta mencari kebenaran
fakta dan nilai dari hasil yang diyakini benar serta tindakan yang dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah
suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi berpikir kritis adalah
berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang membantu individu membuat
penilaian berdasarkan kata bukan pikiran.
Berpikir kritis dalam
keperawatan adalah komersial untuk keperawatan profesional karena cara berpikir
ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.
B. Saran
Untuk memahami secara
keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita harus mengembangkan pikiran
secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir kita dapat mengidentifikasi dan
merumuskan masalah keperawatan. Serta menganalisis pengertian hubungan dari
masing-masing indikasi, penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam
keperawatan.
Sehingga saat berpikir
kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa
terganggu dengan tindakan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Aldova, E, Hauser, O. And Postupa, R.1953.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar